Masyarakat Punan Batu Sajau Raih Kalpataru 2024, Kategori Penyelamat Lingkungan

TANJUNG SELOR – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) merilis 10 nama penerima penghargaan Kalpataru 2024.

Sepuluh nama itu dipilih berdasarkan hasil sidang dewan pertimbangan penghargaan Kalpataru kedua tanggal 15 Mei 2024 lalu. Hal itu termuat dalam Keputusan Menteri LHK No. 574 Tahun 2024 Tentang Penerima Penghargaan Kalpataru Tahun 2024.

Bupati Bulungan, Syarwani mengungkapkan, dari sepuluh nama itu Masyarakat Hukum Adat (MHA) Punan Batu Benau Sajau, desa Sajau Kecamatan Tanjung Palas Timur, meraih satu Kalpataru dengan kategori Penyelamat Lingkungan.

“Kalpataru ini merupakan penghargaan tertinggi di bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang diberikan pemerintah kepada individu maupun kelompok, yang dinilai berjasa dalam merintis, mengabdi, menyelamatkan, dan membina Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan,” ungkap Syarwani, Jumat (24/5/2024).

“Masyarakat Hukum Adat Punan Batu Benau Sajau mendapat penghargaan Kalpataru karena dinilai berkomitmen menyelamatkan lingkungan. Yakni menjaga kelestarian hutan adat di sepanjang tepian Hulu Sungai Sajau dan Hutan di sekeliling Gunung Benau,” lanjutnya.

Syarwani mengatakan, keberadaan masyarakat Punan Batu Benau selama ini mendapat perhatian khusus Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bulungan. Bahkan pada  6 Juni 2023 yang lalu, Bupati juga menyerahkan Surat Keputusan (SK) Perlindungan Masyarakat Hukum Adat pada masyarakat Punan Batu di Liang Meriam, area Gunung Batu Benau.

“Saya atas nama pribadi dan pemerintah Kabupaten Bulungan turut berbangga dan mengucapkan selamat atas diraihnya penghargaan Kalpataru tahun 2024. Hal tersebut selaras dengan komitmen Pemda Bulungan menjalankan program pembangunan berkelanjutan,” tegasnya.

Bupati menjelaskan, penganugrahan Kalpataru tahun 2024 itu akan diserahkan di Jakarta pada peringatan hari lingkungan hidup sedunia, Juni mendatang.

“Lima tahun yang lalu, tepatnya 10 Juli 2019 Kabupaten Bulungan juga pernah meraih penghargaan Kalpataru. Dari peran seorang H.Nurbit warga Desa Antutan Kecamatan Tanjung Palas, penghargaan Kalpataru diserahkan oleh Wakil Presiden saat itu H.M. Jusuf Kalla di Jakarta,” ujarnya.

Syarwani menambahkan, secara administrasi kawasan yang dihuni Suku Punan Batu Benau itu berada di RT 11 Desa Sajau, Kecamatan Tanjung Palas, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara (Kaltara).

“Mereka hidup di sepanjang tepian hulu Sungai Sajau dan hutan di sekeliling Gunung Benau, lokasi hunian utama mereka berada di liang-liang goa yang tersebar di kawasan hutan Gunung Benau, jumlahnya ada 35 kepala keluarga (KK) dengan 106 jiwa,” bebernya.

Untuk diketahui, komunitas Punan Batu memiliki tradisi dalam pemanfaatan sumberdaya hutan sejak jaman leluhur mereka hingga saat ini, hampir seluruh aktivitas kehidupan mereka sangat tergantung dengan keberadaan hutan.

Saat ini, mereka masih menempati liang-liang goa sebagai tempat tinggal meski untuk beberapa saat mereka terlihat berdiam di tenda-tenda terpal tepian Sungai Sajau.

Kehidupan keseharian mereka senantiasa berjalan menjelajahi kawasan hutan Gunung Benau untuk mencari sumber makanan.

Hasil riset Institut Mochtar Riady pada 2018 lalu, masyarakat Punan Batu memiliki genetik yang berbeda dengan masyarakat lainnya di Pulau Kalimantan. Mereka tercatat sebagai suku pemburu dan peramu terakhir yang masih aktif di Pulau Kalimantan.(*)