TANJUNG SELOR – Pemilihan umum atau Pemilu 2024 usai digelar, masyarakat Indonesia termasuk di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) telah menentukan hak suaranya pada Rabu, 14 Februari 2024 lalu.
Kini giliran para Calon Anggota Legislatif (Caleg) DPR RI, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota yang ketar-ketir alias menunggu perhitungan resmi (real Qount) untuk lolos ke gedung parlemen atau tidak.
Sejumlah partai pun melakukan perhitungan cepat, salah satunya PDI Perjuangan yang hitung peluang Caleg Petahana DPR RI, Ir Deddy Yevri Hanteru Sitorus (Deddy Sitorus).
Saat dikonfirmasi, Deddy Sitorus yang saat ini menjabat anggota Komisi VI DPR RI mengaku optimis melenggang ke Senayan periode 2024-2029.
“Saya tetap optimis dapat mempertahankan kursi saya di Senayan. Minimal berada di posisi kedua, meski saat pemilihan gempuran money politic (Politik uang) masif dilakukan caleg tertentu,” ungkap Deddy Sitorus, Jumat (16/2/2024).
Deddy Sitorus mengatakan, dari rekapitulasi perolehan suara di ruang hitung internal PDI Perjuangan, Ia telah mengumpulkan sekira 53 ribu suara. Menurutnya, para pemilihnya itu masuk kategori pemilih cerdas yang memilih bukan berdasarkan uang.
“Saya sudah terlibat dibanyak Pemilu atau Pilkada di Indonesia. Menurut penilaian saya, Pemilu sekarang yang paling brutal. Uang miliaran dihambur untuk membeli suara rakyat. Celakanya, prilaku pemilih setali tiga uang dengan para caleg. Mereka baru mau memilih setelah diberi uang,” kata Deddy.
Yang paling membuatnya sedih, fenomena money politic sudah menjalar ke desa-desa. Berdasarkan pengalamannya di Pemilu 2019, mayoritas pemilih di pedesaan masuk kategori pemilih rasional.
“Materi utama kampanye saya di desa-desa selalu tolak politik uang. Saya maunya mereka memilih Caleg berdasarkan rekam jejak. Menggunakan hati nurani, bukan berdasarkan rupiah yang diberikan. Tapi yang terjadi sebaliknya, warga diintervensi bahkan dipaksa memilih caleg tertentu dengan imbalan uang,” jelasnya.
Ditengah prahara politik uang yang masif itu, lanjut Deddy Sitorus, masih melihat ada pemilih yang bermartabat atau tidak goyah saat diiming-imingi amplop.
“Saya meyakini, orang-orang itulah yang memilih saya, mereka ke TPS dan memilih karena melihat saya sudah bekerja keras untuk Kaltara,” tegasnya.
Terkait proses penghitungan suara di tingkat Kecamatan, Deddy Sitorus memerintahkan seluruh kader PDI Perjuangan untuk mengawalnya. Ia tidak ingin kecurangan kembali terjadi diproses rekapitulasi.
“Awasi semua kertas suara yang tidak terpakai. Jumlahnya cukup signifikan. Saya tidak ingin demokrasi kita rusak hanya gara-gara ambisi berkuasa. Ingat ya, kalau terjadi kecurangan di rekapitulasi kami tidak akan tinggal diam,” pungkasnya. (*)